Friday, June 27, 2008

“Hubungan dengan Jepang Tergantung Kita”

Nur Iskandar
Borneo Tribune, Pontianak
Persoalan Tragedi Mandor dengan apa yang diaspirasikan masyarakat Kalbar sesungguhnya kembali kepada diri kita sendiri. Misalnya sejauh mana data dan fakta bisa ditunjukkan kepada Pemerintah Jepang. Sebab, Jepang mempunyai political will dalam meningkatkan mutu persahabatan dengan Indonesia—termasuk tentunya bagi Kalbar.
Sebagai contoh rilis Kedubes Jepang yang diekspose pada website Kedubes pada 1 April 2005 yang terkait dengan Kalbar.
Pemerintah Jepang telah memutuskan untuk memberikan bantuan hibah hingga sejumlah 435 juta yen (sekitar US$4,2 juta atau Rp39 miliar) kepada Pemerintah Indonesia untuk “Peningkatan Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Umum di Provinsi Kalimantan Barat”.
Nota diplomatik mengenai hal ini telah ditandatangani antara Duta Besar Jepang untuk Indonesia, YM. Yutaka Iimura, dan Direktur-Jenderal Asia Pasifik dan Afrika, Departemen Luar Negeri Republik Indonesia, Bapak Herijanto Soeprapto, di Jakarta pada tanggal 29 Maret 2005.
Pemerintah Indonesia sedang melakukan upaya maksimal menuju reformasi dalam sektor kesehatan yang didasarkan pada “Program Indonesia Sehat 2010”, dengan tujuan mendorong upaya pencegahan penyakit, dan peningkatan serta perluasan pelayanan kesehatan yang bermutu tinggi secara merata dan terjangkau bagi anggota masyarakat. Menanggapi permintaan Pemerintah Indonesia, Pemerintah Jepang memutuskan akan memberikan dukungan dalam bentuk perlengkapan basis peralatan medis untuk 11 rumah sakit umum di Provinsi Kalimantan Barat, tempat angka kematian ibu hamil dan bayi masih tinggi. Bantuan ini diharapkan dapat memperbaiki kondisi kesehatan ibu hamil dan bayi serta meningkatkan perawatan darurat di bidang kebidanan di Provinsi Kalimantan Barat.
Pengurangan angka kematian ibu hamil dan bayi merupakan bagian dari Millenium Development Goals (MDGs) yang telah disetujui dunia internasional. Pemerintah Jepang telah memberikan berbagai macam bantuan kepada Pemerintah Indonesia guna mendukung usaha-usaha yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia untuk mencapai tujuan MDGs tersebut.
Melihat betapa hubungan diplomatik antara Jepang dan Indonesia (termasuk untuk Kalbar) yang demikian besar, terkait Tragedi Mandor agaknya “tergantung” kepada kita. Misalnya sejauh mana data kita lengkap tentang nama-nama korban, mereka yang membutuhkan beasiswa, bahkan kredit usaha kecil-menengah.

Jika kita melihat rangkaian acara sebagai menandai hubungan diplomatik Indonesia-Jepang selama 50 tahun terakhir, agenda kegiatannya terbentang sejak Januari hingga Desember 2008 ini. Kegiatannya membentang sejak Jakarta, Sumatera, Sulawesi, Bali dan Kalimantan. Di Kalsel dan Kalteng, Kedubes Jepang mempunyai berbagai agenda kegiatan. Kenapa di Kalbar tidak tersentuh?

Dengan garapan Tribune Institute, seorang kolega, telah berbicara bersama Atase Pendidikan di Kedubes Jepang membicarakan prihal Tragedi Mandor ini. “Pihak Kedubes Jepang meminta bahan ringkasan lengkap soal Mandor,” katanya.

Tribune Institute yang telah menggagas pertemuan dengan stakeholder pada 20 Juni yang lalu menindak-lanjuti dengan sebuah design program yang komprehensif. Program ini akan semakin progresif jika mendapat dukungan dari semua pihak. Tak terkecuali dengan seluruh anak-cucu korban fasisme Jepang di tahun 1942-1945. Untuk ini Borneo Tribune dengan Yayasan Tribune Institutenya membuka diri dengan seluas-luasnya.

2 comments:

Wong Indonesia said...

Great blog! usefully information . .hope you'll be continue blogging . . >

Unknown said...

Thank you for your article. I would like to know more about Mandor. Can you help me? My grandfather and my aunt (opa and tante saya) juga dibunuh Jepang di Mandor. Thanks!