Pada tanggal 11 Agustus 2007 ini, saya sempat mengunjungi Kompleks Pemakaman Juang Mandor, sekedar melihat situasi dan bertegur sapa dengan Pak Samad--sang penjaga Makam, ternyata ada perkembangan yang positif di kompleks Makam Juang Mandor ini.
Pagi pukul 08.00 WIB, saya berangkat menuju ke Mandor, tujuan saya adalah mengunjungi Makam Juang Mandor, namun sebelumnya saya pergi ke pasar Mandor, di belakang pasar ini ada situs makam Lo Pong Pak--tokoh legendaris di balik berdirinya kongsi Lan Fang--yang namanya pernah tercatat sebagai pendiri sistim pemerintahan berbentuk Republik--konon pertama di dunia. 10 tahun sebelum Amerika Serikat di dirikan.
Pagi pukul 08.00 WIB, saya berangkat menuju ke Mandor, tujuan saya adalah mengunjungi Makam Juang Mandor, namun sebelumnya saya pergi ke pasar Mandor, di belakang pasar ini ada situs makam Lo Pong Pak--tokoh legendaris di balik berdirinya kongsi Lan Fang--yang namanya pernah tercatat sebagai pendiri sistim pemerintahan berbentuk Republik--konon pertama di dunia. 10 tahun sebelum Amerika Serikat di dirikan.
Lokasi Republik pertama itu tepatnya di Kalimantan Barat, setelah tokoh ini meninggal dan di makamkan secara rahasia dan kemudian dibuat beberapa makam palsu yang menyebar di beberapa wilayah di Kalimantan Barat ini.
Hal ini di lakukan untuk menghindari pembongkaran makam oleh orang yang memburu harta karun yang diyakini turut dimakamkan bersama jasad Lo Fong Pak. Salah satu makam ini terdapat di Mandor yang ditandai dengan sebuah tugu yang keempat sisinya terdapat prasasti bertuliskan aksara kanji. Makam ini pernah dibongkar dan isinya sebuah peti mati kosong.
Nah kedatangan saya kali ini ke situs tersebut adalah untuk memotret tulisan ini untuk kemudian nantinya minta bantuan orang yang bisa membaca tulisan ini untuk membantu menterjemahkan isinya. Tak ada maksud lain selain sekedar ingin tahu saja apa makna yang tersirat dalam prasasti yang terpasang di keempat sisi tugu tersebut.
Selesai melakukan pemotretan dan kemudian menghabiskan waktu sekitar 1 jam untuk mengamati serta mengambil foto berbagai tumbuhan yang terdapat di sekitar lokasi makam ini, saya kemudian menuju kompleks Makam Juang Mandor yang letaknya sekitar 300 meter dari Pasar Mandor, kearah Pontianak.
Saya memang selalu menyempatkan hadir sejenak di kompleks pemakaman Mandor ini jika kebetulan melintasi daerah ini, sekedar mengetahui perkembangan yang ada dan bertegur sapa dengan Pak Samad, penjaga dan sekaligus juru kuncinya Makam Juang Mandor ini. Memang ada hubungan yang unik antara kami, karena kesamaan hobby pada koleksi tanaman hias asli Kalbar antara lain anggrek alam, kantong semar juga karena adanya keperdulian terhadap Kompleks Makam Juang Mandor ini sendiri. Nah disinilah titik temu diantara kami, beliau sudah saya anggap sebagai orangtua sendiri.
Mobil saya perlahan memasuki Kompleks Makam Juang Mandor ini, bayangan pohon akasia yang tumbuh di pinggir kiri kanan jalan masuk ini membuat suasana menjadi enak, asri dan sejuk .... ada kesan damai layaknya sebuah makam.
Setelah menempatkan mobil di bawah keteduhan pohon saya kemudian keluar menuju rumah Pak Samad yang terletak di sebelah kanan jalan kira kira 100 meter dari jalan masuk. Di sebelah kiri atau tepat di hadapan rumahnya terdapat semacam papan pengumunan atau majalah di dinding dan selanjutnya ada lapangan luas di mana dibangun drama kejadian peristiwa pembantaian di Mandor oleh Jepang.
Rupanya pemiliknya tak ada di rumah, terlihat ada truk yang sedang membongkar tanah merah di lapangan depan diorama dan di awasi oleh Pak Samad, wajahnya lebih berseri kini di bandingkan pertemuan kami yang pertama dengan para jurnalis yang dipimpin oleh Sdr. Nur Iskandar, Alex Mering, Tanto Yakobus cs sekitar 3 tahun yang lalu.
Saat beliau berkeluh kesah betapa tidak adanya perhatian berbagai pihak yang berkompeten pada Makam ini. Kecerahan wajahnya sudah cukup bagi saya, tidak perlu lagi saya menanyakan asal usul pembiayaan tanah merah yang di turunkan dari truk ini.
Kemudian saya minta ijin untuk berkeliling kompleks pemakaman, biasanya pintu jalan untuk mengakses makam ini selalu di kunci oleh Pak Samad untuk mencegah masuknya orang yang tidak bertanggungjawab.
Di bagian belakang Diorama juga telah di bangun pagar dari batako dan semak belukar yang ada juga sudah di bersihkan, kemudian di Makam 10 juga sudah di pagar dengan batako, cuma sayang terlalu tinggi sehingga unsur estetikanya hilang, namun pasti ada alasan Pak Samad dengan pagar itu, kelak kita akan tahu, setelah berkeliling cukup lama akhirnya saya memutuskan untuk segera pulang karena ada kegiatan lain menunggu di Pontianak, yang baru saya ketahui dari handphone.
Sejenak saya berhenti untuk pamit dengan Pak Samad, tak sempat banyak bertanya lagi karena beliau juga sibuk mengawasi pekerjaan penimbunan tanah merah.
Nah apapun adanya, sumber biaya kegiatan ini tak penting, yang ingin saya sampaikan kepada rekan-rekan melalui tulisan ini adalah bahwa apa yang getol kita perjuangkan bersama yaitu: perhatian untuk Makam Juang Mandor kita mulai menunjukan hasilnya, semoga berlanjut dan lebih terarah kelak.
Salam hangat untuk Rekan rekan yang selalu seia sekata untuk kemajuan Makam Juang Mandor antara lain: Nur Iskandar, Alex Mering, Tanto Yakobus, Akim dan yang lainnya.
Ir. Andreas Acui Simanjaya
andreasacui@yahoo.com
1. Foto Pak Samad dan keluarganya semasa beliau masih muda.
2. Foto Pak Samad yang sedang mengawasi pekerjaan di halaman depan makam Juang Mandor.
foto-foto By Andreas Acui Simanjaya
No comments:
Post a Comment