Membaca tulisan Sdri. Syarifah Djamilah 2 Juli 2007 di blogspot peristiwa Mandor, khususnya tentang memori seputar tugu peringatan yang dimaksud ,kami pernah menulis berita tersebut pada tahun 2006
(terlampir foto Tugu tersebut pada saat diresmikan pada tahun 1947) mungkin berguna bagi kita semua sebagai generasi penerus sebagai dokumentasi dalam mempelajari sejarah daerah Kalbar.
===========
Terima kasih pak XF Asali, ketelitian bapak sangat membantu kami dalam mengelola blogspot ini. Kami sadar betul, blogspot ini jauh dari sempurna, karenanya perlu keterlibatan banyak pihak untuk meluruskan baik tempat, peristiwa maupun data yang sesungguhnya. Kami berinisiatif membuat blogspot ini betul-betul ingin mendokumentasikan peristiwa Mandor agar tetap bisa dikenang dan dipelajari generasi selanjutnya. Sebab bila diarsipan biasanya hilang begitu saja. Kalau disimpan di blogspot, siapa pun bisa mengaksesnya baik di dalam maupun luar negeri yang masih ada hubungannya dengan peristiwa Mandor, setidak-tidaknya anak cucu korban.
Terima kasih, pengelola
===========
Pemprov Kalbar telah menyerukan menaikkan bendera setengah tiang pada tanggal 28 Juni 2006 untuk memperingati dan mengenangkan jasa-jasa dan pengorbanan 21.037 Nyawa korban tragedi Mandor yang dibunuh oleh Kempetai Jepang pada masa penjajahan tahun 1941-1945. Kami sebagai keluarga mantan anggota IKKAJ (Ikatan Keluarga Korban Agresi Jepang) Singkawang merasa bersyukur dan memohon Pemerintah Provinsi memperjuangkan terus ke Pemerintah Pusat di Jakarta demi keadilan, supaya tanggal 28 Juni ditetapkan sebagai Hari Berkabung Daerah serta makam Juang Mandor diperbaiki dan dapat di jadikan Taman Makam Pahlawan Mandor sebagai kenang-kenangan bagi rakyat Kalbar agar selalu memperingati jasa jasa dan pengorbanan para pahlawan kita dan tidak lupa sejarah.
Untuk menambah pengetahuan kita mengenai peristiwa tragedi penjajahan Jepang pada masa perang dunia ke-2 di Kalbar, beberapa waktu yang lalu saya mendapatkan 1 lembar foto dokumentasi dari teman sekolah Sdr .Syarif Ahmad Mahmud Alkadrie (Keturunan Sultan Pontianak) yaitu foto:
Tugu Peringatan Korban Agresi Jepang ,yang menurut penuturannya diabadikan pada tanggal 12 Mei 1947, sewaktu peresmian langsung dilakukan oleh Gubernur Jenderal H.J. Van Mook yang khusus datang dari Batavia. Tugu itu terletak di bundaran pelabuhan Pontianak dengan latar belakang Kantor Pelayaran KPM (Konigkelijk Pakketsvaart Maatschappy), salah satu undangan yang tampak duduk di baris depan sebelah kiri dengan jubah putih (tanda panah) adalah Bruder Emmanuel Compiet diundang hadir selaku ketua Yayasan Broeders Van de Congregatie van de Onbevlekte Ontvangenis seluruh Indonesia (Sekarang Bruder Bruder Kongregasi MTB) Tempat ini sekarang sudah berubah menjadi Tugu Pancasila .
Sangat disayangkan tugu bersejarah ini dibongkar sampai rata dengan tanah oleh “penguasa“ saat itu pada awal Mei 1965. Kami tidak mengerti dan apa alasannnya. Menurut pendapat kami sejarah adalah sejarah, baik itu positip maupun negatip, jangan diubah apalagi direkayasa. Kebenaran adalah tetap kebenaran, biarlah masa yang akan mengujinya. Manusia tidak abadi, tetapi sejarah tetap kekal akan di catat dan di kenang serta diwariskan kepada generasi penerus, yang sadar akan jati diri.
Tulisan ini kami sampaikan agar kita jangan melupakan sejarah. Bukan mencari balas dendam! ada kata bijak Tionghoa kuno berbunyi:
“Chian She Puk Wang, Hou She Che She“, yang berarti Kejadian yang lalu tidak dilupakan, adalah guru dimasa yang akan datang.
Pemprov Kalbar telah menyerukan menaikkan bendera setengah tiang pada tanggal 28 Juni 2006 untuk memperingati dan mengenangkan jasa-jasa dan pengorbanan 21.037 Nyawa korban tragedi Mandor yang dibunuh oleh Kempetai Jepang pada masa penjajahan tahun 1941-1945. Kami sebagai keluarga mantan anggota IKKAJ (Ikatan Keluarga Korban Agresi Jepang) Singkawang merasa bersyukur dan memohon Pemerintah Provinsi memperjuangkan terus ke Pemerintah Pusat di Jakarta demi keadilan, supaya tanggal 28 Juni ditetapkan sebagai Hari Berkabung Daerah serta makam Juang Mandor diperbaiki dan dapat di jadikan Taman Makam Pahlawan Mandor sebagai kenang-kenangan bagi rakyat Kalbar agar selalu memperingati jasa jasa dan pengorbanan para pahlawan kita dan tidak lupa sejarah.
Untuk menambah pengetahuan kita mengenai peristiwa tragedi penjajahan Jepang pada masa perang dunia ke-2 di Kalbar, beberapa waktu yang lalu saya mendapatkan 1 lembar foto dokumentasi dari teman sekolah Sdr .Syarif Ahmad Mahmud Alkadrie (Keturunan Sultan Pontianak) yaitu foto:
Tugu Peringatan Korban Agresi Jepang ,yang menurut penuturannya diabadikan pada tanggal 12 Mei 1947, sewaktu peresmian langsung dilakukan oleh Gubernur Jenderal H.J. Van Mook yang khusus datang dari Batavia. Tugu itu terletak di bundaran pelabuhan Pontianak dengan latar belakang Kantor Pelayaran KPM (Konigkelijk Pakketsvaart Maatschappy), salah satu undangan yang tampak duduk di baris depan sebelah kiri dengan jubah putih (tanda panah) adalah Bruder Emmanuel Compiet diundang hadir selaku ketua Yayasan Broeders Van de Congregatie van de Onbevlekte Ontvangenis seluruh Indonesia (Sekarang Bruder Bruder Kongregasi MTB) Tempat ini sekarang sudah berubah menjadi Tugu Pancasila .
Sangat disayangkan tugu bersejarah ini dibongkar sampai rata dengan tanah oleh “penguasa“ saat itu pada awal Mei 1965. Kami tidak mengerti dan apa alasannnya. Menurut pendapat kami sejarah adalah sejarah, baik itu positip maupun negatip, jangan diubah apalagi direkayasa. Kebenaran adalah tetap kebenaran, biarlah masa yang akan mengujinya. Manusia tidak abadi, tetapi sejarah tetap kekal akan di catat dan di kenang serta diwariskan kepada generasi penerus, yang sadar akan jati diri.
Tulisan ini kami sampaikan agar kita jangan melupakan sejarah. Bukan mencari balas dendam! ada kata bijak Tionghoa kuno berbunyi:
“Chian She Puk Wang, Hou She Che She“, yang berarti Kejadian yang lalu tidak dilupakan, adalah guru dimasa yang akan datang.
Pontianak, 7 Juli 2006
Salam Sejahtera, X.F. ASALI.
Salam Sejahtera, X.F. ASALI.
Foto: Dokumentasi XF Asali
No comments:
Post a Comment