Tanto Yakobus
Borneo Tribune, Pontianak
Andreas Acui Simanjaya terheran-heran ketika mengakses internet dan membuka situs http://www.peristiwamandor44.blogspot.com/. “Padahal baru siang tadi kita di Mandor, berita dan fotonya sudah ada di internet,” kata Acui lewat SMS tadi malam.
Memang dalam perjalanan pulang dari ziarah sekaligus peringatan hari berkabung daerah di Mandor, muncul ide dari Nur Iskandar, Pemred Borneo Tribune—ingin mengabadikan peristiwa Mandor di dunia maya. Sambil menuju mobil dia bisik-bisik dengan saya, “Bisa ndak kita masukkan peristiwa hari ini dan tulisan-tulisan sebelumnya tentang Mandor ke blogspot?”
“Bisa sekali,”
“Kalau begitu, nanti sepulang dari Mandor Tanto buatkan blogspotnya. Kita arsip semua tulisan baik internal kita maupun para peneliti dan penulis luar tentang Mandor,” kata Nuris lagi.
Saya pun mengiyakan. Pulang dari Mandor kira-kira pukul 10.30. WIB, menempuh perjalanan dan singah-singah di jalan, sekitar pukul 13.45 tiba di rumah bang Acui di Pontianak.
Dan saya sampai di rumah sekitar pukul 14.20. Setelah cukup istirahat, sekitar pukul 15 saya berangkat ke kantor. Rehat sejenak, saya mulai membuka komputer. Hanya butuh waktu 15 menit saya menyelesaikan account di blogspot. Setelah jadi, saya mulai posting berita dan foto hari berkabung di Mandor. Pukul 18.00, blogspot sudah bisa diakses.
Kembali ke cerita ziarah ke Mandor, sepanjang perjalanan, menuju Kota Pontianak, saya, Nur Iskandar, Andreas Acui Simanjaya dan dua tamu dari MTA TV Internasional, Munawar dan Gumai membicarakan blogspot tersebut.
“Bila blogspot itu betul-betul dikelola dengan baik, ia akan menjadi referensi bagi para peneliti maupun keluarga korban kekejaman Jepang di Mandor yang kini sudah tersebar di mana-mana,” kata Acui.
Acui tambah semangat bercerita, maklum jerih payahnya bersama rekan-rekan pers memperjuangkan peristiwa Mandor, mulai dari memperbaiki kondisi makam, mengiring ke Perda, menjadikan Perda hingga ditetapkannya tanggal 28 Juni sebagai hari berkabung daerah (HBD).
“Dipilihnya tanggal 28 Juni, sesuai dengan publikasi yang pernah dilakukan koran Jepang, Borneo Shinbun, bahwa puncak pembantaian satu generasi di Kalbar ini terjadi pada tanggal 28 Juni 1942-1945,” jelas Acui yang merujuk pada koran Borneo Shinbun.
Rasa puas juga diungkapkan oleh Kadis Pendidikan Nasional Provinsi Kalbar, Drs H Ngatman. Menurutnya, peristiwa Mandor sudah selayaknya masuk kurikulum sekolah, apalagi Blogspot.“Saya akan mengajak para peneliti dan penulis bagaimana supaya peristiwa Mandor ini masuk dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), jadi bukan masuk di muatan lokal lagi, tapi masuk kurikulum nasional,” katanya di sela-sela peringatan hari berkabung daerah di Mandor, pagi kemarin. Ngatman mengapresiasi sekali upaya Borneo Tribune membangun blogspot Mandor sehingga dapat diakses siapa saja di mancanegara.
Borneo Tribune, Pontianak
Andreas Acui Simanjaya terheran-heran ketika mengakses internet dan membuka situs http://www.peristiwamandor44.blogspot.com/. “Padahal baru siang tadi kita di Mandor, berita dan fotonya sudah ada di internet,” kata Acui lewat SMS tadi malam.
Memang dalam perjalanan pulang dari ziarah sekaligus peringatan hari berkabung daerah di Mandor, muncul ide dari Nur Iskandar, Pemred Borneo Tribune—ingin mengabadikan peristiwa Mandor di dunia maya. Sambil menuju mobil dia bisik-bisik dengan saya, “Bisa ndak kita masukkan peristiwa hari ini dan tulisan-tulisan sebelumnya tentang Mandor ke blogspot?”
“Bisa sekali,”
“Kalau begitu, nanti sepulang dari Mandor Tanto buatkan blogspotnya. Kita arsip semua tulisan baik internal kita maupun para peneliti dan penulis luar tentang Mandor,” kata Nuris lagi.
Saya pun mengiyakan. Pulang dari Mandor kira-kira pukul 10.30. WIB, menempuh perjalanan dan singah-singah di jalan, sekitar pukul 13.45 tiba di rumah bang Acui di Pontianak.
Dan saya sampai di rumah sekitar pukul 14.20. Setelah cukup istirahat, sekitar pukul 15 saya berangkat ke kantor. Rehat sejenak, saya mulai membuka komputer. Hanya butuh waktu 15 menit saya menyelesaikan account di blogspot. Setelah jadi, saya mulai posting berita dan foto hari berkabung di Mandor. Pukul 18.00, blogspot sudah bisa diakses.
Kembali ke cerita ziarah ke Mandor, sepanjang perjalanan, menuju Kota Pontianak, saya, Nur Iskandar, Andreas Acui Simanjaya dan dua tamu dari MTA TV Internasional, Munawar dan Gumai membicarakan blogspot tersebut.
“Bila blogspot itu betul-betul dikelola dengan baik, ia akan menjadi referensi bagi para peneliti maupun keluarga korban kekejaman Jepang di Mandor yang kini sudah tersebar di mana-mana,” kata Acui.
Acui tambah semangat bercerita, maklum jerih payahnya bersama rekan-rekan pers memperjuangkan peristiwa Mandor, mulai dari memperbaiki kondisi makam, mengiring ke Perda, menjadikan Perda hingga ditetapkannya tanggal 28 Juni sebagai hari berkabung daerah (HBD).
“Dipilihnya tanggal 28 Juni, sesuai dengan publikasi yang pernah dilakukan koran Jepang, Borneo Shinbun, bahwa puncak pembantaian satu generasi di Kalbar ini terjadi pada tanggal 28 Juni 1942-1945,” jelas Acui yang merujuk pada koran Borneo Shinbun.
Rasa puas juga diungkapkan oleh Kadis Pendidikan Nasional Provinsi Kalbar, Drs H Ngatman. Menurutnya, peristiwa Mandor sudah selayaknya masuk kurikulum sekolah, apalagi Blogspot.“Saya akan mengajak para peneliti dan penulis bagaimana supaya peristiwa Mandor ini masuk dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), jadi bukan masuk di muatan lokal lagi, tapi masuk kurikulum nasional,” katanya di sela-sela peringatan hari berkabung daerah di Mandor, pagi kemarin. Ngatman mengapresiasi sekali upaya Borneo Tribune membangun blogspot Mandor sehingga dapat diakses siapa saja di mancanegara.
Foto: Lukas B Wijanarko/Borneo Tribune
Versi cetak diterbitkan Borneo Tribune, tanggal 29 Juni 2007
No comments:
Post a Comment