Friday, June 27, 2008

Monumen Daerah Mandor dan Jasa Gubernur Kadarusno


Ir.H.Said Djafar
Arsitek Makam Joang Mandor


Setiap tanggal 28 Juni sejak tahun 1976 oleh Gubernur Kadarusno ditetapkan hari BERKABUNG daerah Kalimantan Barat sebagai memperingati terjadinya peristiwa sejarah hitam masyarakat KalBar dengan dibunuhnya 21.037 orang secara sadis dan biadab oleh penjajahan Jepang. Setiap tanggal tersebut diadakan ziarah ke makam Mandor dengan upacara bendera setengah tiang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Provinsi dihadiri oleh para warga korban dan masyarakat Kalbar. Alhamdulilah melalui Perda sekarang secara resmi tanggal 28 Juni dijadikan Hari Berkabung Daerah.
Kewajiban pengibaran bendera setengah tiang di setiap rumah selain menghormati para korban yang telah gugur juga sekaligus mengingatkan generasi muda tentang peristiwa yang sangat bersejarah dan melukai hati masyarakat Kalbar yang pernah terjadi di Bumi Khatulistiwa ini.
Almarhum mantan Gubernur Kadarusno seorang yang mempunyai kepedulian dengan pembangunan Kalbar dalam periode hanya satu kali (5 tahun) Beliau telah kita ketahui banyak membangun termasuk salah satunya adalah makam juang di Mandor di mana ribuan pejuang dan tokoh masyarakat Kalbar terkubur oleh penjajahan Jepang.
Beliaulah yang memugar makam di Mandor karena beliau ketika ziarah sebelum dipugar melihat ketidaklayakan makam yang ada tanpa ada simbol atau tanda bahwa di situ terkuburnya orang-orang yang pantas untuk dihormati.

Sekembali Beliau melakukan ziarah pada tanggal 28 Juni 1976 penulis selaku staf Pemerintah Daerah yang ditugaskan di PU Provinsi Kalbar diperintahkan Beliau merencanakan pemugaran yang waktu itu namanya Makam Mandor tanpa predikat apapun seperti makam Pahlawan dan lain sebagainya. Banyak petunjuk dan arahan dari Beliau pada penulis selaku arsitek dalam merancang makam tersebut dan sangat detail terkesan begitu tinggi perhatian Beliau yang penulis rasakan.
Sekembali menghadap Beliau penulis lama termenung di kursi kerja. Di hati rasa sedih dan bangga penulis rasakan.
Rasa sedih karena masih ada seorang seperti Gubernur Kadarusno yang punya keperdulian dan menghormati para pejuang dan tokoh Kalbar yang telah gugur akibat keganasan penjajahan Jepang.
Rasa bangga sebagai anak yang bapaknya ikut menjadi korban diberi kepercayaan untuk merencanakan sebuah Monumen dan memugar lingkungan di mana orang tua penulis ikut terkubur bersama pejuang dan tokoh masyarakat lainya di Kalbar.
Kesempatan ini tidak penulis sia-siakan dengan harapan apa yang penulis kerjakan akan bermanfaat baik untuk para korban maupun untuk daerah Kalbar.

Sesuai petunjuk Bp Gubernur Kadarusno membangun Monumen dengan plazanya di mana upacara ziarah akan dipusatkan di Monumen tersebut seperti di Makam Pahlawan. Beliau mengingatkan pada penulis walaupun itu bukan makam Pahlawan karena untuk memperjuangkannya terlalu sulit maka Beliau katakan kita hormati dan kita beri nama Makam JOANG. Jadi Beliaulah yang memberi nama itu, sungguh besar perhatian Beliau.

Menuraut kamus Bahasa Indonesia yang dikeluarkan Balai Pustaka arti Monumen adalah “bangunan dan tempat yang mempunyai nilai sejarah yang penting dan karena itu dipelihara dan dilindungi Negara”.
Monumen Makam Joang Mandor yang akan dibangun harus dapat meng-ekpresikan nilai-nilai sejarah yang pernah terjadi di tempat itu dan sekaligus dapat menyampaikan pesan bagaimana kejamnya penjajahan Jepang yang sangat biadab dan tak berperikemanusiaan yang pernah diperbuatnya di Bumi Khatulistiwa ini pada generasi penerus.
Untuk mendesign atau merencana monumen seperti yang dimaksud dalam kamus Bahasa Indonesia itu perlu banyak data-data yang diperlukan.
Penulis masih kecil tidak tahu tentang peristiwa yang sangat kejam itu hanya terekam melalui cerita dari mama yang kadang-kadang diiringi derai air mata ketika memaparkan yang dialaminya pada kami yang jadi yatim . Demikian pula tulisan-tulisan dan buku tentang kejadian itu belum ada.
Dari cerita yang terekam di otak penulis orang-orang yang ditangkap tentara Jepang diangkut mempergunakan mobil truk terbuka dan kepalanya disungkup dengan –karung- belek atau karung pucuk menuju ke tempat eksekusi yang akan dilakukan. Maksudnya disungkup supaya orang yang akan dibunuh itu tidak tahu mau dibawa ke mana. Demikian pula masyarakat tidak tahu siapa yang dibawa itu.

Berdasarkan cerita itulah maka monumen yang dibangun di Makam Joang Mandor itu berbentuk –karung- yang terselungkup dengan ketinggian 8 M lebar 3 M.
Agar penampilannya seperti rajutan atau anyaman karung terbuat dari daun pandan atau daun nipah maka di monumen dipergunakan marmer dari Citatah Jawa Barat.
Di bawah Monumen tersimpan kerangka jenazah yang diambil dari salah satu makam berdasarkan petunjuk Pak Samad orang yang setia menjaga dan memelihara komplek makam Mandor. Pengambilan rangkaan jenazah itupun dilakukan malam Jumat jam 12 dengan syarat yang mengambilnya hanya Pak Samad dan Penulis. Karena syarat itu disampaikan langsung pada Bapak Gubernur maka penulis tidak bisa menolak walaupun cemas juga bukan karena dingin atau gelap serta sepi, tapi di kuburan.
Di atas penutup kerangka jenazah di bawah monumen terletak sebuah prasasti sebagai ungkapan pesan para korban pada generasi penerusnya.
Untuk membuat kata-kata di prasasti itu diajukan penulis pada Bapak Gubernur beberapa konsep alternatif antara lain sebagai berikut:

1.Tulang belulangku sebagai bukti bahwa penjajahan itu sangat kejam oleh karenanya pertahankanlah tanah airmu.

2.Kupersembahkan makam Joang bagimu untuk mengenang jasa dalam menentang penjajahan di Kal-Bar Th 1942- 1945.

3.Jiwa ragaku telah kukorbankan demi untuk kesejahteraan generasi yang akan datang.

4.Tidak cukup sekedar anda kenang –tapi kuharap anda teruskan semangat joangmu-untuk memerangi segala bentuk penjajahan.


Selanjutnya dibangun tembok relief di kiri kanan monumen yang menceritakan peristiwa yang pernah terjadi diawali pendaratan angkatan laut Jepang di Pemangkat atau Tanjung Batu diteruskan pertemuan-pertemuan para tokoh-tokoh Kalbar dilanjutkan penangkapan serta diakhiri pembunuhan yang sadis dalam lobang yang besar untuk puluhan bahkan ratusan orang. Pemahatnya secara khusus didatangkan Gubernur dari Jogya karena di daerah pada waktu itu belum ada tenaga ahlinya.
Rencana pada waktu itu di belakang tembok relief akan dipahat nama-nama para korban seperti monumen di beberapa tempat seperti di Washington.DC. digrafir pada temboknya nama-nama tentara Amerika yang mati pada perang Vietnam.
Tapi sayangnya nama-nama itu belum lengkap oleh karenanya nanti akan ditempelkan saja nama-nama yang telah digrafir itu dan sampai sekarang rencana itu belum terlaksana.
Ketinggian Plaza untuk upacara ditiggikan dengan ketinggian 1.20 M untuk terkesan Munomental
Berdsarkan penataan kawasan Makam Joang Mandor yang dibuat sesuai petunjuk Gubernur Kadarusno pada waktu itu Danau yang ada di depan Makam ketinggian airnya dipertahankan permukaanya dan dilepaskan itik dan angsa berenang serta para pengunjung dapat naik sampan untuk rekreasi.
Di pinggir dibangun Pendopo atau Kopel tempat pengunjung istirahat. Di belakang antara monumen dan makam pertama yang jaraknya sekitar 500 m dibangun landasan helikopter serta semua makam akan dipugar dengan arsitektur khas daerah.

Demikian besar perhatian beliau selaku Gubernur akan sejarah dan pengorbanan Kalbar dengan mempertahankan peninggalan yang punya arti bagi Bangsa dan Negara.
Perihatin rasanya melihat yang ada sekarang kawasan yang dilindungi sebagai cagar alam itu rusak karena pendulangan emas orang-orang yang tak bertanggung jawab.
Monumen Makam Joang Mandor (kini menjadi Monumen Daerah Mandor sesuai Perda No 5 Tahun 2007, red) mungkin tidak termasuk inventarisasi Monumen di Pusat karena baik pemugaran maupun pemeliharaan sepengetahuan penulis tidak dengan dana Pusat atau APBN. Padahal menurut kamus Bahasa Indonesia di atas Monumen adalah tanggung jawab Negara oleh karena itu harapan kita tentunya Pemerintah Daerah dengan DPR dan DPD utusan Daerah harus memperjuangkanya agar Monumen Daerah Mandor diakui sebagai aset Negara.
Mudah-mudahan dalam rangka Ziarah ke 64 tanggal 28 Juni 2008 akan menjadi perhatian dan keperdulian pada Makam Joang Mandor oleh semua pihak termasuk Pemerintah Pusat agar makam ini tetap lestari dan layak sebagai Makam Joang, semoga!

No comments: