Nur Iskandar
Borneo Tribune, Pontianak
Suasana hening ketika usul demi usul diendapkan dalam Mandor Meeting di The Roof Cafe, Jumat (20/6) malam. Ketua Yayasan Tribune Institute, Dwi Syafriyanti, SH di hadapan 30 peserta angkat bicara.
“Tribune Institute siap sedia menerima dan menjalankan amanah yang sangat besar ini. Insya Allah Tribune Institute menjalankan amanah dengan penuh loyalitas, bahkan tanpa dikomando pun kami akan terus berjuang untuk Mandor,” ungkapnya memecah keheningan.
“Kami siap menjalankan amanah dengan memformulasikan kembali semua agenda yang telah pernah direkomendasikan baik oleh para ahli waris keluarga korban fasisme Jepang, usul para cerdik cendikia, maupun alur pemerintahan. Kami tentu mohon bantuan dan bimbingan dari kita semua karena Tribune Institute pun tak akan mungkin bekerja sendiri untuk tingkat lokal, nasional hingga internasional,” sambung kandidat magister hukum ini tegas dan fasih.
Dwi yang juga keluarga korban Mandor karena saudara kakeknya di Kerajaan Sintang juga diciduk Jepang serta kembali hanya tinggal nama mengatakan Tribune Institute memiliki jaringan yang cukup kuat secara lokal, nasional dan internasional. Untuk itu menurutnya, amanah Monumen Daerah Mandor akan dapat dijalankan dengan sebaik-baiknya—terlebih dengan dukungan Tim Pemikir—seperti diusulkan Dr Mardan Adijaya—Raja Mempawah.
Dwi berharap dukungan dan bimbingan agar program dapat berjalan dengan baik, termasuk seluruh testimoni maupun data berkenaan dengan fasisme Jepang di Kalbar untuk dapat disampaikan kepada Tribune Institute yang bersekretariat di Jalan Purnama, Kompleks Pinangsia No 2 Kota Pontianak.
Borneo Tribune, Pontianak
Suasana hening ketika usul demi usul diendapkan dalam Mandor Meeting di The Roof Cafe, Jumat (20/6) malam. Ketua Yayasan Tribune Institute, Dwi Syafriyanti, SH di hadapan 30 peserta angkat bicara.
“Tribune Institute siap sedia menerima dan menjalankan amanah yang sangat besar ini. Insya Allah Tribune Institute menjalankan amanah dengan penuh loyalitas, bahkan tanpa dikomando pun kami akan terus berjuang untuk Mandor,” ungkapnya memecah keheningan.
“Kami siap menjalankan amanah dengan memformulasikan kembali semua agenda yang telah pernah direkomendasikan baik oleh para ahli waris keluarga korban fasisme Jepang, usul para cerdik cendikia, maupun alur pemerintahan. Kami tentu mohon bantuan dan bimbingan dari kita semua karena Tribune Institute pun tak akan mungkin bekerja sendiri untuk tingkat lokal, nasional hingga internasional,” sambung kandidat magister hukum ini tegas dan fasih.
Dwi yang juga keluarga korban Mandor karena saudara kakeknya di Kerajaan Sintang juga diciduk Jepang serta kembali hanya tinggal nama mengatakan Tribune Institute memiliki jaringan yang cukup kuat secara lokal, nasional dan internasional. Untuk itu menurutnya, amanah Monumen Daerah Mandor akan dapat dijalankan dengan sebaik-baiknya—terlebih dengan dukungan Tim Pemikir—seperti diusulkan Dr Mardan Adijaya—Raja Mempawah.
Dwi berharap dukungan dan bimbingan agar program dapat berjalan dengan baik, termasuk seluruh testimoni maupun data berkenaan dengan fasisme Jepang di Kalbar untuk dapat disampaikan kepada Tribune Institute yang bersekretariat di Jalan Purnama, Kompleks Pinangsia No 2 Kota Pontianak.
No comments:
Post a Comment