Monday, June 30, 2008

Mempertanyakan Bantuan Jepang untuk Mandor


Tantra Nur Andi
Borneo Tribune, Pontianak

Juru kunci makam juang Mandor, Abdussamad Ahmad yang kini berusia 72 tahun usai peringatan Hari Berkabung Daerah, Sabtu (28/6) mempertanyakan pada pemerintah ke mana bantuan yang pernah diberikan pemerintah Jepang beberapa tahun yang lalu yang besarnya Rp100 miliar untuk pembangunan Rumah Sakit Mandor.
“Saya waktu itu membuat proposal permintaan pertanggungjawaban dari pemerintah Jepang dan pemerintah Jepang sempat berjanji akan memberikan bantuan pendirian Rumah Sakit Mandor,” katanya.
Sekitar tahun 1990-an, dirinya pernah mendengar pemerintah Jepang telah memberikan bantuan dana sebesar Rp100 miliar untuk pendirian rumah sakit Mandor. Tapi oleh Gubernur Aspar Aswin dana tersebut justru digunakan untuk membeli alat-alat kesehatan bagi seluruh rumah sakit di Kalbar. Waktu itu, lanjutnya, Dr Subuh yang tahu persis dana tersebut. Karena Dr Subuh sebagai pejabat di Kanwil bagian penanganan bantuan luar negeri.
”Saya minta pada Dr Subuh yang saat ini menjadi Kepala RSUD Soedarso untuk memberikan transparansi penggunaan bantuan tersebut,” pintanya.
Ia meminta pemerintah merehabilitasi monumen dan makam-makam juang di Mandor. ”Buktikan jika bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar dan bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya,” kata dia.
Bagi generasi muda, ia berharap peringatan hari berkabung daerah bukan hanya sekadar diperingati sebagai hari bersejarah saja yang hanya mengingat sejarah. Tapi sejarah ini harus dipelajari oleh generasi muda agar para generasi muda dapat menanamkan nilai-nilai kepahlawanan para pahlawan dalam diri mereka.
”Tanamkanlah semangat kepahlawanan untuk membangun bangsa ini,” harapnya.
Uca Suherman, mantan Kepala Pukesmas Mandor membenarkan pernyataan Abdussamad. Ia mengatakan dirinya bersama Abdussamad yang membuat proposal dan dikirim ke Kedubes Jepang agar pemerintah Jepang bertanggungjawab terhadap tragedi Mandor. Tapi ketika pemerintah Jepang mau bertanggungjawab dengan memberikan bantuan dana pendirian rumah sakit di Mandor justru pemerintah Kalbar yang menyalahgunakan dana tersebut. Bahkan ia mengakui dirinya tidak pernah melihat uang bantuan dari Jepang tersebut. Padahal saat ini ia betul-betul memperjuangkan bantuan dari pemerintah Jepang sementara pemerintah Kalbar tidak terlalu banyak berbuat bahkan terkesan tidak mengurus masalah Mandor.
Melihat kondisi Makam Mandor saat ini, Uca sangat prihatin, karena sampai sekarang daerah di sekitar makam yang telah gundul akibat PETI belum juga direhabilitasi. ”Bagaimana ingin menghargai jasa para pahlawan jika makam pahlawan saja digali sebagai lahan tambang emas. Akibat penggalian emas di sini banyak tengkorak para pahlawan dibuang begitu saja oleh para penambang,” ungkapnya.
Ia mengimbau masyarakat Kalbar untuk kembalilah pada jati diri bangsa yang punya adat istiadat dan bermartabat. ”Apa kata dunia jika anak bangsa justru menghancurkan makam pahlawannya. Untuk para ahli waris, karena mereka hanya memiliki kekuatan suara bukan kekuatan kekuasaan maka para ahli waris ini harus terus memperjuangkan agar pemerintah peduli pada kondisi makam dan nasib para ahli waris,” ungkapnya.■

1 comment:

Anonymous said...

Enak saja jepang cuman ngasih 100M! nyawa tidak bisa ditukar dengan harta.. setidaknya jepang memberi 120M lah... utk betulin semua yg dia rusakin!